Britaraya.com – Milenial dengan gaya hidup tinggi juga bisa memiliki rumah dengan 4 strategi ini
Banyak yang bilang milenial akan kesulitan untuk memiliki rumah sendiri. Salah satu alasan utamanya adalah karena gaya hidup mereka yang tinggi. bagaimana bisa? Milenial lebih suka menghabiskan pendapatan mereka untuk kopi, perjalanan, dan barang habis pakai daripada berinvestasi dalam aset yang berkembang seperti real estat.
Milenial kesulitan membeli rumah, bukan hanya karena faktor ekonomi, tapi juga faktor psikologis.
Buktinya, ada orang yang berpenghasilan rendah tapi bisa punya rumah. Di sisi lain, ada orang yang berpenghasilan tinggi tetapi selalu berjuang. Semuanya kembali ke perencanaan keuangan seseorang. Bagian ini melibatkan faktor psikologis.
Langkah Punya Rumah Untuk Milenial
-
Alokasikan 15% dari upah minimum untuk investasi
Kebanyakan orang selalu mengutamakan biaya konsumsi saat mendapatkan bayaran. Ketika pendapatan masih ada, mereka menginvestasikan uangnya. Pendekatan ini tentu saja merupakan kesalahan besar.
Ketika kita dibayar, kita harus mengalokasikannya untuk investasi, setidaknya 15% dari total pendapatan kita.
“Misalnya milenial berpenghasilan Rp 5 juta, yang 15% adalah Rp 500.000. Sisanya Rp 4,5 juta pasti cukup untuk kehidupan sehari-hari. Tergantung mau atau tidak.” Biaya hidup tinggi karena kita digunakan untuk itu Konsumsi dengan pendapatan.
Jadi kita tidak tahu mana yang termasuk dalam kategori biaya hidup dan mana yang termasuk dalam kategori gaya hidup.
Simak juga : apa dampak negatif dari gaya hidup boros
-
Lebih terlibat saat berinvestasi dengan sistem debit otomatis
Manusia secara alami terganggu. Oleh karena itu, sebaiknya kita menggunakan mode default yang terdapat dalam Theory of Mind. “Saat ingin menabung atau berinvestasi, otomatis harus didebet setiap bulannya. Jadi mau tidak mau, kita harus mengeluarkan persentase tertentu dari dana kita untuk menabung.
Mengapa ini lebih ideal? Karena di zaman sekarang ini, kita lebih mudah teralihkan perhatiannya. Salah satu tantangannya adalah kita bisa dengan mudah mengeluarkan uang.
“Agar tetap fokus, salah satu triknya adalah dengan membuat skema default dengan sistem debit otomatis setiap kali Anda menabung atau berinvestasi.
-
Buat daftar gol dan lawan gol
Gaya hidup yang terbiasa dilakukan dari waktu ke waktu akan menjadi sebuah keniscayaan. Bahkan jika kita tidak benar-benar membutuhkannya, ketika kita berhenti menjalani kehidupan seperti itu, kita takut tertinggal dan tersesat.
solusinya, kita bisa menyusun daftar target dan anti target. “Misalnya kalau tujuannya untuk membeli properti, catat berapa banyak uang yang dibutuhkan.
Kemudian kenali apa yang dimaksud dengan anti-tujuan, yaitu, segala sesuatu yang mengalihkan perhatian kita dari tujuan awal kita. Misalnya, bepergian atau membeli kopi, dan perhatikan berapa banyak yang Anda keluarkan untuk hal-hal itu. Dari daftar ini, kita dapat melihat bahwa semakin anti-gol, semakin sulit peluang untuk mencapai tujuan. ”
-
Pengendalian diri untuk menghindari hal-hal yang memicu pemborosan hidup
Salah satu tantangan era digital saat ini adalah banyaknya insentif untuk hidup mewah. Contohnya di smartphone, ada banyak aplikasi yang memberikan notifikasi diskon. Belum lagi fenomena gajian dengan maraknya fintech yang membuat masyarakat merasa terberdayakan untuk berbelanja saat hari gajian datang.
“Manusia secara alami responsif terhadap lingkungan mereka, dan jika mereka tidak membangun pagar di dalam diri mereka, itu pasti akan dipicu. Untuk itu, kita bisa mengontrol kontrol apa,” katanya.
Beberapa tips termasuk mematikan notifikasi e-commerce yang menawarkan diskon untuk mengurangi pemicu boros. Selain itu, menabung dan berinvestasi menggunakan sistem debit otomatis adalah salah satu caranya.
Inilah 4 strategi untuk menampung gaya hidup generasi millennial. Semoga setelah membaca artikel ini, Anda akan mulai berinvestasi membeli rumah!